Sabtu, 12 Maret 2016

LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN (Komoditi Tanaman Jagung)



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manajemen operasi merupakan penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan operasi secara efektif dan efisien. Ruang lingkup manajemen operasi meliputi perencanaan output, desain proses transformasi, perencanaan kapasitas, perencanaan pembangunan pabrik,  perencanaan tata letak fasilitas, desain aliran kerja, manajemen persediaan, manajemen proyek, skeduling, pengendalian kualitas, dan keandalan kualitas. Dunia pertanian masa kini memerlukan sebuah pengelolaan yang dapat menunjang hasil produksi pertanian, maka dari itu bidang pertanian  pun memerlukan adanya sebuah proses manajemen operasi dan produksi untuk menghasilkan sistem pertanian yang berkelanjutan dan produk yang  berkualitas. Manajemen operasi dan produksi mengatur kegiatan produksi dari awal pengadaan input hingga produk dipasarkan. Input produksi menjadi output yang efektif dan efisien dengan adanya pengelolaan operasi dan produksi.

1.2 Rumusan Masalah

- Bagaimana demografi wilayah Desa Cikeruh?
- Apa saja komoditas yang ditanam di desa Cikeruh?
- Bagaimana proses on farm yang dilakukan dalam pengolahan cabai merah?
- Bagaimana proses pengelolaan produksi dan operasi dalam  bercocok tanam cabai merah?
- Bagaimana produktivitasnya?
2. Bagaimana proses pengolahan pasca panen dan pemasarannya?

1.2  Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui demografi wilayah Desa Cikeruh.
2.      Untuk mengetahui komoditas yang ditanam di desa Cikeruh.
3.      Untuk mengetahui proses on farm yang dilakukan dalam pengolahan cabai merah.
4.      Untuk mengetahui proses pengelolaan produksi dan operasi dalam  bercocok tanam cabai merah.
5.      Untuk mengetahui produktivitas cabai merah.
6.      Untuk mengetahui proses pengolahan pasca panen dan pemasaran cabai merah.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis gunakan untuk membuat laporan ini adalah dengan cara mencari sumber dari berbagai media massa elektronik dan melakukan wawancara dengan salah satu anggota gapoktan di Desa Cikeruh, Sumedang. Dengan metode penulisan yang telah diuraikan di atas, penulis dapat membuat laporan ini dengan sebaik- baiknya




BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Jenis Komoditas
Komoditas yang akan kami bahas kali ini ialah cabai. Cabai merupakan tananaman asli Amerika Tengah, tepatnya di Bolivia. Diperkirakan, cabai di Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang Portugis bernama Ferdinand Magellan (1480-1521). Sebelumnya Columbus membawa cabai dari Amerika ke Spanyol (Capsicum annuum) sebagai orang yang berjasa menyebarkan cabai ke seluruh dunia. Klasifikasi botani tanaman cabai adalah sebagai berikut:
 Divisi : Spermatophyta
 Sub divisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledoneae
 Keluarga : Solanaceae
 Genus : Capsicum
 Spesies : Capsicum annuum L.

Salah seorang petani yang bernama Bapak Anang yangkami wawancarai memiliki lahan kebun cabai yang terletak di Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Lahan yang dimiliki bapak Anang untuk komoditas cabai itu sendiri seluas seratus tumbak (1 tumbak=14 m2), sedangkan untuk keseluruhan lahan yang digarapnya (termasuk kacang panjang, padi, terong, serta komoditas lain) seluas tiga ratus tumbak.

3.2 Demografi Desa Cikeruh
        Letak geografis dan topografi
Desa Cikeruh adalah salah satu dari 12 desa di wilayah kecamatan Jatinangor yang terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan Kecamatan Jatinangor. Nama Cikeruh sendiri diambil dari Sebuah sungai yang mengalir melalui beberapa desa di Kecamatan Cikeruh/Jatinangor. Desa Cikeruh merupakan daerah yang dimekarkan menjadi dua desa yaitu Desa Cikeruh sebagai Desa induk dan Desa Hegarmanah sebagai desa pemekaran pada tahun 1982 karena secara geografis dan jumlah penduduk Desa Cikeruh layak untuk dimekarkan. Desa Cikeruh sendiri saat ini di kepalai oleh Kepala Desayang bernama Bapak Rachmat.

Desa Cikeruh mempunyai luas wilayah seluas ±14,6 KM2 atau sekitar 160 Ha. Desa Cikeruh berada di ketinggian 400-600 M dpl ( diatas permukaan laut ), yang terdiri dari 3 dusun, 11 rukun warga ( RW ) dan 47 rukun tetangga ( RT ), dan  perlu diketahui bahwa Dusun I warungkalde merupakan pusat perdagangan dan  jasa karena berada di jalan protokol provinsi dan berada dekat dengan kota kecamatan, dusun II Ciawi merupakan penyangga pemukiman, dan terakhir dusun III Cikeruh merupakan penyangga pemukiman dan pertanian. Desa Cikeruh memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :



- Sebelah Utara : Desa Cileles
- Sebelah Timur : Desa Hegarmanah
- Sebelah Selatan : Desa Mekargalih
- Sebelah Barat : Desa Sayang

Iklim di Desa Cikeruh yaitu Musim Kemarau dan Musim Penghujan, yang diantaranya ada Musim Pancaroba. Hal tersebut mempengaruhi pola tanam di Desa Cikeruh. Suhu udara rata rata di Desa Cikeruh 230– 270C, banyaknya curah hujan 241 mm/tahun.

Luas dan Sebaran penggunaan Lahan
Pada umumnya lahan di desa cikeruh digunakan sebagai lahan pemukiman, dan hanya 25% yang digunakan sebagai lahan pertanian, dan itu pun untuk menyangga kehidupan masyarakat yang masih mengandalkan dari hasil pertanian. Hal ini menunjukkan bahwa desa cikeruh tidak mengandalkan sumber daya alamnya melainkan mengandalkan sektor perdagangan dan jasa.
Luas lahan Desa Cikeruh 160 Ha, yang terdiri dari 35 Ha sebagai lahan petanian, 1,853 Ha digunakan sebagai tanah kas Desa, sekitar 75 Ha sebagai lahan  pemukiman, 15 Ha sebagai asrama brimob, 20Ha sebagai lahan perumahan Puri Indah, 2 Ha sebagai lahan pemakaman umum, sertasisanya 12 Ha lahan tidak  produktif.

Kependudukan
Penduduk Desa cikeruh berdasarkan data terakhir hasil sensus penduduk tahun 2010 tercatat 13308 jiwa, tahun 2009 sebanyak 11313 jiwa, tahun 2008 sebanyak 9879 jiwa, mengalami pertumbuhan penduduk setiap tahunnya rata-rata 9,22%

Jumlah penduduk Desa Cikeruh  No Tahun Jumlah Laju pertumbuhan 1 2007 9778 Jiwa 0% 2 2008 9879 Jiwa 1,02% 3 2009 11313 Jiwa 12,67% 4 2010 13308 Jiwa 14,99% Dengan jumlah Rumah Tangga saat ini sebanyak 2535 Kepala Keluarga.

3.3 Proses  On FarmBercocok Tanam Cabai Merah

1.        Pengolahan tanah
Penyiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah dan menghilangkan gulma. Pengolahan tanah berupa pembajakan/pencangkulan, pembersihan gulma, perataan  permukaan tanah, dan pembuatan bedengan, guludan, garitan, lubang tanam. Untuk lahan kering/tegalan: lahan diolah sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar  bedeng 30 cm. Dibuat lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). Antara bedengan dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Tanah di atas bedengan diolah sampai gembur dan lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm. Setelah itu tanah ditutup dengan mulsa. 100 bata menggunakan 1 golong mulsa.

 
2.        Pemberian pupuk organik
 Setiap lubang tanam diberi pupuk dasar 0,5-1 kg pupuk kandang, yaitu kotoran sapi dan domba. Pemberian pupuk kandang pada saat  pengolahan lahan 70%, dengan perkiraan 1 kg/tanaman. Jadi untuk 100 tumbak dibutuhkan pupuk kandang sebanyak 1,5 kw. Pemberian pupuk kimia dengan pupuk kandang berselang 2 minggu setelah pemberian  pupuk kandang. Bedengan yang telah dipupuk dirapikan kembali. Banyak hal yang harus kita perhatikan, dari pemupukan susulan dan pengendalian hama penyakit, serta lalu bagaimana mempertahankan  pertumbuhan tanaman cabe supaya bertahan lama sehingga dengan  bertahannya tanaman cabe kita tersebut banyak juga hasil panen yang akan kita hasilkan. nah inilah yang sayua maksut diatas bagaimana membuat  panen kita berlimpah dengan biaya murah.

3.        Pembibitan dan penanaman
Dalam hal pembibitan cabai, sebaiknya dilakukan apabila  penyiapan lahan sudah 70% selesai. Hal ini untuk menghindari dari bibit terlalu tua (terlambat tanam), selain itu, persiapan media semai terdiri dan tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 ditambah insektisida furadan. Sebelum benih ditebar dipembibitan /ditanam dalam polybag, benih harus diberi perlakuan. Apabila lahan pertanaman berbentuk terasering bukan lahan datar, maka penanaman sebaiknya dimulai dan hamparan paling bawah, dengan demikian apabila tanaman tua terserang penyakit tidak akan menular ketanaman muda lewat air yang mengalir. Ditegaskannya, penggunaan  bibit yang agar seragam, dimana dalam satu petakan/bedengan usahakan  bibit yang ditanam seragam besarnya. Sedangkan untuk umur bibit siap ditanam, imbuhnya pada umur 20-25 hari (berdaun 3-4 helai). Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, dan pada musim hujan  penanaman dapat dilakukan kapan saja asalkan kondisi udara tidak terlalu  panas.

4.        Pemeliharaan
Tanaman cabai disemprot dengan pestisida setiap 3 hari sekali untuk mengurangi hama yang menyerang tanaman cabai. Selain itu  penyiraman secara rutin dilakukan ketika air surut, karena diantara  bedengan dibuat jarak untuk menanam padi sehingga tanaman cabai pun tidak akan kekurangan air.

3.4  Proses Pengelolaan Produksi dan Operasi dalam Bercocok Tanam Cabai Merah
Manajemen produksi dan operasi merupakan proses yang  berkesinambungan dan efektif, menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien. Dalam  bercocok tanam cabai merah, input yang digunakan adalah bibit cabai merah,  pupuk kandang, pestisida. Input-input tersebut kemudian diolah sesuai dengan lahan yang tersedia, agar menghasilkan output yang berkualitas. Proses pengolahan input diiringi oleh proses pemeliharaan tanaman cabai yang mana dilakukan proses penyiraman, pemupukan, penyiangan dan  pemberantasan hama, yang dilakukan setiap 3 hari sekali. Hal ini sangat mendukung kegiatan produksi yang efektif dan efisien. Pak Anang selalu menjadwalkan kapan harus menyiram, kapan harus menyiangi, dan kapan harus memanen. Dari proses produksi yang dijalani oleh Pak Anang, beliau  berhasil memproduksi cabai merah yang baik dan berkualitas sehingga mampu menembus pasar, selain produktivitasnya baik, beliau juga mendapatkan untung yang luar biasa dari bercocok tanam cabai merah.

3.5  Produktivitas
Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia. Dengan  produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai  pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan hasil dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan oleh  peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun  produktivitas tetap atau menurun. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dalam tiga bentuk :
a)      Jumlah keluaran (output ) dalam mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan sumber daya (input ) yang sama.
b)      Jumlah keluaran (output ) dalam mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya (input ) yang lebih sedikit.
c)      Jumlah keluaran (output ) dalam mencapai tujuan yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya (input ) yang relatif lebih kecil. Sumber daya manusia memegang peranan yang utama dalam proses  peningkatan produktivitas, karena alat produksi dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia. Produktivitas adalah keluaran (output) produk atau jasa per setiap masukan (input) sumber daya yang digunakan dalam suatu proses produksi. Tingkat ukur  produktivitas sangat beragam bergantung kepada kepentingan yang terkait. Produktivitas dapat dinyatakan dalam ukuran fisik (physical productivity) dan ukuran finansial (financial productivity) apabila kepentingan tersebut adalah keuntungan. Produktivitas dapat menggunakan ukuran moneter sebagai tolak ukur. Apabila waktu menjadi kepentingan manajemen produktivitas maka dapat menggunakan ukuran moneter sebagai tolak ukurnya. Pada komoditas cabai yang bapak Anang tanam, didapatkan produktivitas yang cukup tinggi. Dari data yang kami peroleh, didapatkan bahwa output yang dihasilkan dari pengolahan kebun cabai yang digarap dan dibudidayakan setiap harinya, bapak Anang mendapat keuntungan yang amat tinggi.

Bila dilihat dari segi/ ukuran produktivitas secara fisik, cabai yang dipanen  berukuran besar, segar, dan berkualitas. Dalam segi finansial, dengan modal awal hanya sekitar lima juta rupiah, saat ini pak Anang mampu menjual cabai seharga Rp 25.000 per kg dengan tiap panen mencapai satu ton. Maka dari itu, dengan  perawatan yang tidak begitu sulit (hama ulat tidak begitu sulit diatasi dan  pemberian pestisida dua hari sekali) serta dlaam waktu yang tidak lama, didapatkan hasil yang banyak dan baik. Maka kebun cabai yang dikelola bapak Anang tersebut memiliki produktivitas yang tinggi.



3.6       Kegiatan Pasca Panen dan Pemasaran

      Cabai merupakan tanaman yang mudah rusak dan bersifat musiman, sehingga  petani menerapkan teknik budidaya yang dianjurkan sehingga menghasilkan cabai yang banyak saat panen raya yang kemudian mengakibatkan menurunnya harga cabai . Menurut Bapak Anang, petani yang kami wawancarai, beliau bisa menghasilkan cabai kurang lebih sebanyak satu ton setiap kali panen. Dengan luas tanah hanya 100 tumbak atau kira-kira 1400 meter persegi, para petani bisa menghasilkan hasil yang banyak. Kegiatan memetik atau memanen cabai rawit yang telah siap panen sesuai  persyaratan yang telah ditentukan untuk memperoleh hasil sesuai dengan  persyaratan yang diminta pasar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan panen adalah pemanenan dilakukan pada umur panen yang tepat untuk menghasilkan mutu yang baik, pemanenan dilakukan dengan cara yang tidak menurunkan hasil, hasil panen dilakukan secara hati-hati, alat dan wadah yang digunakan untuk panen dalam keadaan baik, bersih, bebas kontaminasi serta  bukan bekas pestisida atau pupuk serta mudah dibersihkan, hasil panen cabai rawit tidak boleh dicampur dengan cabai yang busuk atau terkena penyakit. Pada saat panen, buah cabai rawit yang rusak sebaiknya disingkirkan, kemudian cabai rawit yang baik dimasukkan ke dalam karung jala dan apabila akan disimpan dapat diletakkan di tempat kering, sejuk dengan sirkulasi udara yang baik.

Pada kegiatan pasca panen Cabe yang disimpan dengan suhu sekitar 4 derajat Celcius dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada kondisi penyimpanan dengan temperatur 10 derajat celcius cabai rawit masih dalam keadaan baik sampai dengan 16 hari. Penyimpanan cabai rawit segar dengan cara biasa waktunya tidak akan lama, tetapi kalau dikeringkan maka daya simpannya akan lebih lama. Cabai yang akan dikeringkan harus dipilih yang berkualitas baik, hal tersebut ditandai dengan cabai yang berisi dan segar, kemudian tangkai cabai dibuang lalu cabai dicuci bersih. Kemudian dimasukkan dalam air panas beberapa menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam air dingin. Selanjutnya ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa sehingga airnya keluar semua. Setelah ditiriskan kemudian cabai rawit dijemur pada panas matahari sampai kering, biasanya kurang lebih selama satu minggu.Pada musim hujan , pengeringan cabai rawit dapat menggunakan  pemanas. Di dalam ruangan pemanas tersebut diberi para-para beberapa lapis untuk meletakkan cabai rawit. Lapisan cabai rawit jangan terlalu tebal, cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai sumber panas dapat memakai lampu listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya. Ruangan pemanas dapat dibuat dari kayu yang berbentuk seperti almari dan  bagian dalam diberi lapisan seng. Sumber pemanas diletakkan di bawah almari yang telah diberi lubang, di dalam pemanas ada para-para beberapa lapis. Bagian atas almari diberi ventilasi yang penutupnya dapat diatur besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam almari. Suhu dalam almari diatur lebih kurang 60 derajat celcius, jangan terlalu panas dengan mengatur ventilasi. Apabila temperatur telah melebihi 60 derajat celcius maka lubang ventilasi dibuka lebar. Supaya cabai rawit keringnya merata maka para-para bisa diubah letaknya, misalnya bagian atas di pindah ke bawah demikian sebaliknya. Banyaknya para- para tergantung besar kecilnya almari dan jarak antar para-para sekitar 15-20 cm. Kemudian cabai rawit dibolak-balik letaknya setiap 3 jam. Dengan menggunakan alat pemanas paling lama dua hari cabai rawit akan kering. Cabai rawit dianggap kering bila kandungan airnya atau kadar air sekitar 8 %. Dalam keadaan demikian cabai rawit dapat disimpan lebih lama, namun harus dihindarkan dari serangan hama dan disimpan dalam wadah kedap udara. Cabai rawit yang dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan untuk campuran saos dan cabai  bubuk.
























BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Manajemen produksi dan operasi adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan operasi secara efektif dan efisien. Komoditas yang kami bahas mengenain manajemen produksi dan operasinya ialah cabai merah. Cabai merupakan tananaman asli Amerika Tengah, tepatnya di Bolivia. Diperkirakan, cabai di Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang Portugis bernama Ferdinand Magellan (1480-1521).

Salah seorang petani bernama Bapak Anang yang kami wawancarai memiliki lahan kebun cabai yang terletak di Desa Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Lahan yang dimiliki bapak Anang untuk komoditas cabai itu sendiri seluas seratus tumbak (1 tumbak=14 m2), sedangkan untuk keseluruhan lahan yang digarapnya (termasuk kacang panjang, padi, terong, serta komoditas lain) seluas tiga ratus tumbak.

Desa Cikeruh adalah salah satu dari 12 desa di wilayah kecamatan Jatinangor yang terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan Kecamatan Jatinangor. Iklim di Desa Cikeruh yaitu Musim Kemarau dan Musim Penghujan, yang diantaranya ada Musim Pancaroba. Hal tersebut mempengaruhi pola tanam di Desa Cikeruh. Suhu udara rata rata di Desa Cikeruh 230 – 270C, banyaknya curah hujan 241 mm/tahun. Pada umumnya lahan di desa cikeruh digunakan sebagai lahan pemukiman, dan hanya 25% yang digunakan sebagai lahan pertanian, dan itu pun untuk menyangga kehidupan masyarakat yang masih mengandalkan dari hasil  pertanian. Penduduk Desa cikeruh berdasarkan data terakhir hasil sensus  penduduk tahun 2010 tercatat 13308 jiwa.

Proses on-farm bercocok tanam cabai merah dimulai dengan pengolahan tanah berupa pembajakan atau pencangkulan, pembersihan gulma,  perataan permukaan tanah, dan pembuatan bedengan, guludan, garitan, lubang tanam. Kedua, pemberian pupuk organik yaitu setiap lubang tanam diberi pupuk dasar 0,5-1 kg pupuk kandang, seperti kotoran sapi dan domba. Pemberian pupuk kandang pada saat pengolahan lahan 70%, dengan perkiraan 1 kg/tanaman. Jadi untuk 100 tumbak dibutuhkan pupuk kandang sebanyak 1,5 kw. Pemberian pupuk kimia dengan pupuk kandang  berselang 2 minggu setelah pemberian pupuk kandang. Bedengan yang telah dipupuk dirapikan kembali. Ketiga, pembibitan dan penanaman. Pembibitan dilakukan apabila penyiapan lahan sudah 70% selesai. Sedangkan penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, dan pada musim hujan penanaman dapat dilakukan kapan saja asalkan kondisi udara tidak terlalu panas. Keempat, pemeliharaan yaitu tanaman cabai disemprot dengan pestisida setiap 3 hari sekali untuk mengurangi hama yang menyerang tanaman cabai. Selain itu penyiraman secara rutin dilakukan ketika air surut, karena diantara bedengan dibuat jarak untuk menanam  padi sehingga tanaman cabai pun tidak akan kekurangan air.

Dalam bercocok tanam cabai merah, input yang digunakan adalah bibit cabai merah, pupuk kandang, pestisida. Input-input tersebut kemudian diolah sesuai dengan lahan yang tersedia, agar menghasilkan output yang  berkualitas.

Proses pengolahan input diiringi oleh proses pemeliharaan tanaman cabai yang mana dilakukan proses penyiraman, pemupukan, penyiangan dan  pemberantasan hama, yang dilakukan setiap 3 hari sekali. Hal ini sangat mendukung kegiatan produksi yang efektif dan efisien.

Produktivitas adalah keluaran (output) produk atau jasa per setiap masukan (input) sumber daya yang digunakan dalam suatu proses  produksi. Pada komoditas cabai yang bapak Anang tanam, didapatkan  produktivitas yang cukup tinggi. Dari data yang kami peroleh, didapatkan  bahwa output yang dihasilkan dari pengolahan kebun cabai yang digarap dan dibudidayakan setiap harinya, bapak Anang mendapat keuntungan yang amat tinggi. Maka kebun cabai yang dikelola bapak Anang tersebut memiliki produktivitas yang tinggi.

Kegiatan memetik atau memanen cabai rawit yang telah siap panen harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dan mengikuti permintaan pasar. Menurut Bapak Anang, petani yang kami wawancarai, beliau bisa menghasilkan cabai kurang lebih sebanyak satu ton setiap kali panen. Pada kegiatan pasca panen cabai merah yang disimpan dengan suhu sekitar 4 derajat celcius dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada kondisi penyimpanan dengan temperatur 10 derajat celcius cabai rawit masih dalam keadaan baik sampai dengan 16 hari. Penyimpanan cabai rawit segar dengan cara biasa waktunya tidak akan lama, tetapi kalau dikeringkan maka daya simpannya akan lebih lama. Cabai rawit yang telah dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan untuk campuran saos dan cabai bubuk.

4.2 Saran
Sebaiknya selain menanami padi di lahan-lahan yang terdapat di Desa Cikeruh, para petani lebih bisa memanfaatkan lahannya dengan cara menanaminya dengan bibit cabai merah. Karena setelah kami melakukan survey dan wawancara kepada salah satu gapoktan Desa Cikeruh, membudidayakan cabai merah di lahannya itu sangatlah menguntungkan.

 
 
 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Tanaman Cabai Dalam: http://cms.1m-bio.com/tanaman-cabai/. Diakses pada 8 September 2013 pukul 08.16. Deni. 2013.
 Pemerintah Desa Cikeruh.Dalam: http://desa-cikeruh.blogspot.com/search/label/ Profil. Diakses pada tanggal 14 Mei 2013 pukul 15.09. Edra. 2013.
 Budidaya Cabai dalam: http://edrafarm.blogspot.com/2013/03/budidaya-cabe-dengan-biaya-murah-hasil.html (online). Diakses pada tanggal 9 September 2013 pukul 19.15. IPDN. 2011.
 Profil Desa Cikeruh Dalam: http://desacikeruhipdn9.blogspot.com/2011/07/profil-desa-cikeruh.html. Diakses pada tanggal 14 Mei 2013 pukul 15.28. Lihan, faisal. 2010.
Cara Bercocok Tanam cabai Merah dalam: http://pakarinfo.blogspot.com/2010/06/cara-bercocok-tanam-cabe-merah.html (online). Diakses pada tanggal 9 September 2013 pukul 19.23. Mangkuprawira, Tb. Sjafri. 2008.
 Manajemen Produktivitas. Dalam: http://maidun gleekapay.blogspot.com/2008/07/manajemen- produktivitas.html. Diakses pada 9 September 2013 pukul 20.02. Wahyono, Budi. 2012.
Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi,dalam: http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-manajemen- produksi-dan.html (online). Diakses pada tanggal 9 September 2013 pukul 19.03.





























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen produksi terdiri dari dua kata, yaitu manajemen dan produksi. Terdapat beberapa pengertian manajemen yang pada dasarnya adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dilakukan dengan cara mengkoordinasikan kegiatan orang lain melalui perencanaan, pengarahan, dan pengawasan. Fungsi pokok didalam manajemen adalah keuangan, personalia, pemasaran, dan produksi. Pengertian  produksi diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang untuk tujuan memperoleh keuntungan. Pengertian ini terlalu sempit, sebab produksi juga dapat menghasilkan jasa. Oleh karena itu, istilah produksi kemudian dikembangkan dengan operasi.
Yang dimaksud dengan operasi atau operation adalah kegiatan merubah masukkan menjadi keluaran sehingga lebih bermanfaat daripada bentuk aslinya. Dengan kata lain, operasi adalah kegiatan merubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru. Masukan atau input dikategorikan dua macam, yaitu faktor-faktor produksi yang berupa
man, money, material, method, dan informasi. Informasi adalah input yang berasal dari luar lembaga yang menjalankan operasi. Sedangkan keluaran atau output adalah produk, yaitu dapat  berupa barang dan jasa.
Dari kedua arti yang terdapat diatas dapat dijelaskan bahwa manajemen  produksi dan operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam  bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Sehingga manajemen operasi adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan operasi secara efektif dan efisien.