Panduan Belajar Ilmu Pertanian
materi untuk pengetahuan dalam ilmu pertanian
Rabu, 04 Mei 2016
Sabtu, 12 Maret 2016
LAPORAN PRAKTIKUM MANAJEMEN (Komoditi Tanaman Jagung)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Manajemen operasi merupakan
penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan operasi secara efektif dan
efisien. Ruang lingkup manajemen operasi meliputi perencanaan output, desain
proses transformasi, perencanaan kapasitas, perencanaan pembangunan pabrik,
perencanaan tata letak fasilitas, desain aliran kerja, manajemen
persediaan, manajemen proyek, skeduling, pengendalian kualitas, dan keandalan
kualitas. Dunia pertanian masa kini memerlukan sebuah pengelolaan yang dapat
menunjang hasil produksi pertanian, maka dari itu bidang pertanian pun
memerlukan adanya sebuah proses manajemen operasi dan produksi untuk
menghasilkan sistem pertanian yang berkelanjutan dan produk yang
berkualitas. Manajemen operasi dan produksi mengatur kegiatan produksi dari
awal pengadaan input hingga produk dipasarkan. Input produksi menjadi output
yang efektif dan efisien dengan adanya pengelolaan operasi dan produksi.
1.2 Rumusan
Masalah
- Bagaimana demografi wilayah Desa Cikeruh?
- Apa saja komoditas yang ditanam di desa Cikeruh?
- Bagaimana proses on farm yang dilakukan dalam
pengolahan cabai merah?
- Bagaimana proses pengelolaan produksi dan operasi
dalam bercocok tanam cabai merah?
- Bagaimana produktivitasnya?
2. Bagaimana proses pengolahan pasca panen dan
pemasarannya?
1.2 Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui demografi wilayah
Desa Cikeruh.
2.
Untuk mengetahui komoditas yang
ditanam di desa Cikeruh.
3.
Untuk mengetahui proses on farm yang
dilakukan dalam pengolahan cabai merah.
4.
Untuk mengetahui proses pengelolaan
produksi dan operasi dalam bercocok tanam cabai merah.
5.
Untuk mengetahui produktivitas cabai
merah.
6. Untuk
mengetahui proses pengolahan pasca panen dan pemasaran cabai merah.
1.4 Metode Penulisan
Metode penulisan yang penulis
gunakan untuk membuat laporan ini adalah dengan cara mencari sumber dari
berbagai media massa elektronik dan melakukan wawancara dengan salah satu
anggota gapoktan di Desa Cikeruh, Sumedang. Dengan metode penulisan yang telah
diuraikan di atas, penulis dapat membuat laporan ini dengan sebaik- baiknya
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Jenis Komoditas
Komoditas yang akan kami bahas kali ini ialah cabai.
Cabai merupakan tananaman asli Amerika Tengah, tepatnya di Bolivia.
Diperkirakan, cabai di Indonesia pertama kali dibawa oleh seorang Portugis
bernama Ferdinand Magellan (1480-1521). Sebelumnya Columbus membawa cabai dari
Amerika ke Spanyol (Capsicum annuum) sebagai orang yang berjasa menyebarkan
cabai ke seluruh dunia. Klasifikasi botani tanaman cabai adalah sebagai
berikut:
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Keluarga : Solanaceae
Genus : Capsicum
Spesies : Capsicum annuum L.
Salah seorang petani yang bernama Bapak Anang yangkami
wawancarai memiliki lahan kebun cabai yang terletak di Desa Cikeruh, Kecamatan
Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Lahan yang dimiliki bapak Anang untuk komoditas
cabai itu sendiri seluas seratus tumbak (1 tumbak=14 m2), sedangkan
untuk keseluruhan lahan yang digarapnya (termasuk kacang panjang, padi, terong,
serta komoditas lain) seluas tiga ratus tumbak.
3.2 Demografi Desa Cikeruh
Letak
geografis dan topografi
Desa Cikeruh adalah salah satu dari 12 desa di wilayah
kecamatan Jatinangor yang terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan Kecamatan
Jatinangor. Nama Cikeruh sendiri diambil dari Sebuah sungai yang mengalir
melalui beberapa desa di Kecamatan Cikeruh/Jatinangor. Desa Cikeruh merupakan
daerah yang dimekarkan menjadi dua desa yaitu Desa Cikeruh sebagai Desa induk
dan Desa Hegarmanah sebagai desa pemekaran pada tahun 1982 karena secara geografis
dan jumlah penduduk Desa Cikeruh layak untuk dimekarkan. Desa Cikeruh sendiri
saat ini di kepalai oleh Kepala Desayang bernama Bapak Rachmat.
Desa Cikeruh mempunyai luas wilayah seluas ±14,6 KM2
atau sekitar 160 Ha. Desa Cikeruh berada di ketinggian 400-600 M dpl ( diatas
permukaan laut ), yang terdiri dari 3 dusun, 11 rukun warga ( RW ) dan 47 rukun
tetangga ( RT ), dan perlu diketahui bahwa Dusun I warungkalde merupakan
pusat perdagangan dan jasa karena berada di jalan protokol provinsi dan
berada dekat dengan kota kecamatan, dusun II Ciawi merupakan penyangga
pemukiman, dan terakhir dusun III Cikeruh merupakan penyangga pemukiman dan
pertanian. Desa Cikeruh memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Cileles
- Sebelah Timur : Desa Hegarmanah
- Sebelah Selatan : Desa Mekargalih
- Sebelah Barat : Desa Sayang
Iklim di Desa Cikeruh yaitu Musim Kemarau dan Musim
Penghujan, yang diantaranya ada Musim Pancaroba. Hal tersebut mempengaruhi pola
tanam di Desa Cikeruh. Suhu udara rata rata di Desa Cikeruh 230– 270C,
banyaknya curah hujan 241 mm/tahun.
Luas dan
Sebaran penggunaan Lahan
Pada umumnya lahan di desa cikeruh digunakan sebagai lahan pemukiman, dan
hanya 25% yang digunakan sebagai lahan pertanian, dan itu pun untuk menyangga
kehidupan masyarakat yang masih mengandalkan dari hasil pertanian. Hal ini
menunjukkan bahwa desa cikeruh tidak mengandalkan sumber daya alamnya melainkan
mengandalkan sektor perdagangan dan jasa.
Luas lahan Desa Cikeruh 160 Ha, yang terdiri dari 35 Ha sebagai lahan
petanian, 1,853 Ha digunakan sebagai tanah kas Desa, sekitar 75 Ha sebagai
lahan pemukiman, 15 Ha sebagai asrama brimob, 20Ha sebagai lahan
perumahan Puri Indah, 2 Ha sebagai lahan pemakaman umum, sertasisanya 12 Ha lahan
tidak produktif.
Kependudukan
Penduduk Desa cikeruh berdasarkan data terakhir hasil sensus penduduk tahun
2010 tercatat 13308 jiwa, tahun 2009 sebanyak 11313 jiwa, tahun 2008 sebanyak
9879 jiwa, mengalami pertumbuhan penduduk setiap tahunnya rata-rata 9,22%
Jumlah penduduk Desa Cikeruh No Tahun Jumlah Laju pertumbuhan 1 2007
9778 Jiwa 0% 2 2008 9879 Jiwa 1,02% 3 2009 11313 Jiwa 12,67% 4 2010 13308 Jiwa
14,99% Dengan jumlah Rumah Tangga saat ini sebanyak 2535 Kepala Keluarga.
3.3 Proses On FarmBercocok
Tanam Cabai Merah
1.
Pengolahan
tanah
Penyiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki drainase
dan aerasi tanah, meratakan permukaan tanah dan menghilangkan gulma. Pengolahan
tanah berupa pembajakan/pencangkulan, pembersihan gulma, perataan
permukaan tanah, dan pembuatan bedengan, guludan, garitan, lubang tanam.
Untuk lahan kering/tegalan: lahan diolah sedalam 30-40 cm sampai gembur, dibuat
bedengan dengan lebar 1-1,2 m, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng 30 cm.
Dibuat lubang tanam dengan jarak tanam (50-60 cm) x (40-50 cm). Antara bedengan
dibuat parit sedalam 50 cm dan lebar 50 cm. Tanah di atas bedengan diolah
sampai gembur dan lubang tanam dibuat dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm. Setelah
itu tanah ditutup dengan mulsa. 100 bata menggunakan 1 golong mulsa.
2.
Pemberian
pupuk organik
Setiap lubang
tanam diberi pupuk dasar 0,5-1 kg pupuk kandang, yaitu kotoran sapi dan domba.
Pemberian pupuk kandang pada saat pengolahan lahan 70%, dengan perkiraan
1 kg/tanaman. Jadi untuk 100 tumbak dibutuhkan pupuk kandang sebanyak 1,5 kw.
Pemberian pupuk kimia dengan pupuk kandang berselang 2 minggu setelah pemberian
pupuk kandang. Bedengan yang telah dipupuk dirapikan kembali. Banyak hal
yang harus kita perhatikan, dari pemupukan susulan dan pengendalian hama
penyakit, serta lalu bagaimana mempertahankan pertumbuhan tanaman cabe
supaya bertahan lama sehingga dengan bertahannya tanaman cabe kita
tersebut banyak juga hasil panen yang akan kita hasilkan. nah inilah yang sayua
maksut diatas bagaimana membuat panen kita berlimpah dengan biaya murah.
3.
Pembibitan
dan penanaman
Dalam hal pembibitan cabai, sebaiknya dilakukan
apabila penyiapan lahan sudah 70% selesai. Hal ini untuk menghindari dari
bibit terlalu tua (terlambat tanam), selain itu, persiapan media semai terdiri
dan tanah, pupuk kandang, pupuk SP-36 ditambah insektisida furadan. Sebelum
benih ditebar dipembibitan /ditanam dalam polybag, benih harus diberi
perlakuan. Apabila lahan pertanaman berbentuk terasering bukan lahan datar,
maka penanaman sebaiknya dimulai dan hamparan paling bawah, dengan demikian
apabila tanaman tua terserang penyakit tidak akan menular ketanaman muda lewat
air yang mengalir. Ditegaskannya, penggunaan bibit yang agar seragam,
dimana dalam satu petakan/bedengan usahakan bibit yang ditanam seragam
besarnya. Sedangkan untuk umur bibit siap ditanam, imbuhnya pada umur 20-25
hari (berdaun 3-4 helai). Penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, dan
pada musim hujan penanaman dapat dilakukan kapan saja asalkan kondisi
udara tidak terlalu panas.
4.
Pemeliharaan
Tanaman cabai
disemprot dengan pestisida setiap 3 hari sekali untuk mengurangi hama yang
menyerang tanaman cabai. Selain itu penyiraman secara rutin dilakukan
ketika air surut, karena diantara bedengan dibuat jarak untuk menanam
padi sehingga tanaman cabai pun tidak akan kekurangan air.
3.4 Proses Pengelolaan Produksi dan
Operasi dalam Bercocok Tanam Cabai Merah
Manajemen produksi dan operasi merupakan proses yang
berkesinambungan dan efektif, menggunakan fungsi manajemen untuk
mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efektif dan efisien. Dalam
bercocok tanam cabai merah, input yang digunakan adalah bibit cabai
merah, pupuk kandang, pestisida. Input-input tersebut kemudian diolah
sesuai dengan lahan yang tersedia, agar menghasilkan output yang berkualitas. Proses
pengolahan input diiringi oleh proses pemeliharaan tanaman cabai yang mana
dilakukan proses penyiraman, pemupukan, penyiangan dan pemberantasan
hama, yang dilakukan setiap 3 hari sekali. Hal ini sangat mendukung kegiatan
produksi yang efektif dan efisien. Pak Anang selalu menjadwalkan kapan harus
menyiram, kapan harus menyiangi, dan kapan harus memanen. Dari proses produksi
yang dijalani oleh Pak Anang, beliau berhasil memproduksi cabai merah
yang baik dan berkualitas sehingga mampu menembus pasar, selain
produktivitasnya baik, beliau juga mendapatkan untung yang luar biasa dari
bercocok tanam cabai merah.
3.5 Produktivitas
Produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha
manusia. Dengan produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang
selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari
kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
Produksi dan produktivitas merupakan dua pengertian
yang berbeda. Peningkatan produksi menunjukkan pertambahan jumlah hasil yang
dicapai, sedangkan peningkatan produktivitas mengandung pengertian pertambahan
hasil dan perbaikan cara produksi. Peningkatan produksi tidak selalu disebabkan
oleh peningkatan produktivitas, karena produksi dapat meningkat walaupun
produktivitas tetap atau menurun. Peningkatan produktivitas dapat dilihat
dalam tiga bentuk :
a)
Jumlah keluaran (output ) dalam
mencapai tujuan meningkat dengan menggunakan sumber daya (input ) yang
sama.
b)
Jumlah keluaran (output ) dalam
mencapai tujuan sama atau meningkat dicapai dengan menggunakan sumber daya
(input ) yang lebih sedikit.
c)
Jumlah keluaran (output ) dalam
mencapai tujuan yang jauh lebih besar diperoleh dengan pertambahan sumber daya
(input ) yang relatif lebih kecil. Sumber daya manusia memegang peranan
yang utama dalam proses peningkatan produktivitas, karena alat produksi
dan teknologi pada hakekatnya merupakan hasil karya manusia. Produktivitas
adalah keluaran (output) produk atau jasa per setiap masukan (input) sumber
daya yang digunakan dalam suatu proses produksi. Tingkat ukur
produktivitas sangat beragam bergantung kepada kepentingan yang terkait.
Produktivitas dapat dinyatakan dalam ukuran fisik (physical productivity) dan
ukuran finansial (financial productivity) apabila kepentingan tersebut adalah
keuntungan. Produktivitas dapat menggunakan ukuran moneter sebagai tolak ukur.
Apabila waktu menjadi kepentingan manajemen produktivitas maka dapat
menggunakan ukuran moneter sebagai tolak ukurnya. Pada komoditas cabai yang
bapak Anang tanam, didapatkan produktivitas yang cukup tinggi. Dari data yang
kami peroleh, didapatkan bahwa output yang dihasilkan dari pengolahan kebun
cabai yang digarap dan dibudidayakan setiap harinya, bapak Anang mendapat
keuntungan yang amat tinggi.
Bila dilihat dari segi/ ukuran produktivitas secara
fisik, cabai yang dipanen berukuran besar, segar, dan berkualitas. Dalam
segi finansial, dengan modal awal hanya sekitar lima juta rupiah, saat ini pak
Anang mampu menjual cabai seharga Rp 25.000 per kg dengan tiap panen mencapai
satu ton. Maka dari itu, dengan perawatan yang tidak begitu sulit (hama
ulat tidak begitu sulit diatasi dan pemberian pestisida dua hari sekali)
serta dlaam waktu yang tidak lama, didapatkan hasil yang banyak dan baik. Maka
kebun cabai yang dikelola bapak Anang tersebut memiliki produktivitas yang
tinggi.
3.6
Kegiatan Pasca Panen dan Pemasaran
Cabai merupakan tanaman yang mudah
rusak dan bersifat musiman, sehingga petani menerapkan teknik budidaya
yang dianjurkan sehingga menghasilkan cabai yang banyak saat panen raya yang
kemudian mengakibatkan menurunnya harga cabai . Menurut Bapak Anang, petani
yang kami wawancarai, beliau bisa menghasilkan cabai kurang lebih sebanyak satu
ton setiap kali panen. Dengan luas tanah hanya 100 tumbak atau kira-kira 1400
meter persegi, para petani bisa menghasilkan hasil yang banyak. Kegiatan
memetik atau memanen cabai rawit yang telah siap panen sesuai persyaratan
yang telah ditentukan untuk memperoleh hasil sesuai dengan persyaratan
yang diminta pasar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada kegiatan panen
adalah pemanenan dilakukan pada umur panen yang tepat untuk menghasilkan mutu
yang baik, pemanenan dilakukan dengan cara yang tidak menurunkan hasil, hasil
panen dilakukan secara hati-hati, alat dan wadah yang digunakan untuk panen
dalam keadaan baik, bersih, bebas kontaminasi serta bukan bekas pestisida
atau pupuk serta mudah dibersihkan, hasil panen cabai rawit tidak boleh
dicampur dengan cabai yang busuk atau terkena penyakit. Pada saat panen, buah
cabai rawit yang rusak sebaiknya disingkirkan, kemudian cabai rawit yang baik
dimasukkan ke dalam karung jala dan apabila akan disimpan dapat diletakkan di
tempat kering, sejuk dengan sirkulasi udara yang baik.
Pada
kegiatan pasca panen Cabe yang disimpan dengan suhu sekitar 4 derajat Celcius
dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98 % dapat tahan sekitar 4 minggu dan
pada kondisi penyimpanan dengan temperatur 10 derajat celcius cabai rawit masih
dalam keadaan baik sampai dengan 16 hari. Penyimpanan cabai rawit segar dengan
cara biasa waktunya tidak akan lama, tetapi kalau dikeringkan maka daya
simpannya akan lebih lama. Cabai yang akan dikeringkan harus dipilih yang
berkualitas baik, hal tersebut ditandai dengan cabai yang berisi dan segar,
kemudian tangkai cabai dibuang lalu cabai dicuci bersih. Kemudian dimasukkan
dalam air panas beberapa menit, lalu didinginkan dengan cara dicelupkan dalam
air dingin. Selanjutnya ditiriskan di atas anyaman bambu atau kawat kasa
sehingga airnya keluar semua. Setelah ditiriskan kemudian cabai rawit dijemur
pada panas matahari sampai kering, biasanya kurang lebih selama satu
minggu.Pada musim hujan , pengeringan cabai rawit dapat menggunakan
pemanas. Di dalam ruangan pemanas tersebut diberi para-para beberapa
lapis untuk meletakkan cabai rawit. Lapisan cabai rawit jangan terlalu tebal,
cukup satu lapis agar cepat kering. Sebagai sumber panas dapat memakai lampu
listrik , kompor, tungku arang atau bahan lainnya. Ruangan pemanas dapat dibuat
dari kayu yang berbentuk seperti almari dan bagian dalam diberi lapisan
seng. Sumber pemanas diletakkan di bawah almari yang telah diberi lubang, di
dalam pemanas ada para-para beberapa lapis. Bagian atas almari diberi ventilasi
yang penutupnya dapat diatur besar kecilnya lubang untuk mengatur suhu dalam
almari. Suhu dalam almari diatur lebih kurang 60 derajat celcius, jangan
terlalu panas dengan mengatur ventilasi. Apabila temperatur telah melebihi 60
derajat celcius maka lubang ventilasi dibuka lebar. Supaya cabai rawit
keringnya merata maka para-para bisa diubah letaknya, misalnya bagian atas di
pindah ke bawah demikian sebaliknya. Banyaknya para- para tergantung besar
kecilnya almari dan jarak antar para-para sekitar 15-20 cm. Kemudian cabai
rawit dibolak-balik letaknya setiap 3 jam. Dengan menggunakan alat pemanas
paling lama dua hari cabai rawit akan kering. Cabai rawit dianggap kering bila
kandungan airnya atau kadar air sekitar 8 %. Dalam keadaan demikian cabai rawit
dapat disimpan lebih lama, namun harus dihindarkan dari serangan hama dan disimpan dalam
wadah kedap udara. Cabai rawit yang dikeringkan dapat langsung dipakai atau
dapat digunakan untuk campuran saos dan cabai bubuk.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Manajemen produksi dan operasi
adalah penerapan ilmu manajemen untuk mengatur kegiatan operasi secara efektif
dan efisien. Komoditas yang kami bahas mengenain manajemen produksi dan
operasinya ialah cabai merah. Cabai merupakan tananaman asli Amerika Tengah,
tepatnya di Bolivia. Diperkirakan, cabai di Indonesia pertama kali dibawa oleh
seorang Portugis bernama Ferdinand Magellan (1480-1521).
Salah seorang petani bernama Bapak
Anang yang kami wawancarai memiliki lahan kebun cabai yang terletak di Desa
Cikeruh, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Lahan yang dimiliki bapak
Anang untuk komoditas cabai itu sendiri seluas seratus tumbak (1 tumbak=14 m2),
sedangkan untuk keseluruhan lahan yang digarapnya (termasuk kacang panjang,
padi, terong, serta komoditas lain) seluas tiga ratus tumbak.
Desa Cikeruh adalah salah satu dari
12 desa di wilayah kecamatan Jatinangor yang terletak tidak jauh dari pusat
pemerintahan Kecamatan Jatinangor. Iklim di Desa Cikeruh yaitu Musim Kemarau
dan Musim Penghujan, yang diantaranya ada Musim Pancaroba. Hal tersebut
mempengaruhi pola tanam di Desa Cikeruh. Suhu udara rata rata di Desa Cikeruh
230 – 270C, banyaknya curah hujan 241 mm/tahun.
Pada umumnya lahan di desa cikeruh digunakan sebagai lahan pemukiman, dan hanya
25% yang digunakan sebagai lahan pertanian, dan itu pun untuk menyangga kehidupan
masyarakat yang masih mengandalkan dari hasil pertanian. Penduduk Desa
cikeruh berdasarkan data terakhir hasil sensus penduduk tahun 2010
tercatat 13308 jiwa.
Proses on-farm bercocok tanam cabai
merah dimulai dengan pengolahan tanah berupa pembajakan atau pencangkulan,
pembersihan gulma, perataan permukaan tanah, dan pembuatan bedengan,
guludan, garitan, lubang tanam. Kedua, pemberian pupuk organik yaitu setiap
lubang tanam diberi pupuk dasar 0,5-1 kg pupuk kandang, seperti kotoran sapi dan
domba. Pemberian pupuk kandang pada saat pengolahan lahan 70%, dengan perkiraan
1 kg/tanaman. Jadi untuk 100 tumbak dibutuhkan pupuk kandang sebanyak 1,5 kw.
Pemberian pupuk kimia dengan pupuk kandang berselang 2 minggu setelah
pemberian pupuk kandang. Bedengan yang telah dipupuk dirapikan kembali. Ketiga,
pembibitan dan penanaman. Pembibitan dilakukan apabila penyiapan lahan sudah
70% selesai. Sedangkan penanaman sebaiknya dilakukan pada sore hari, dan pada
musim hujan penanaman dapat dilakukan kapan saja asalkan kondisi udara tidak
terlalu panas. Keempat, pemeliharaan yaitu tanaman cabai disemprot dengan
pestisida setiap 3 hari sekali untuk mengurangi hama yang menyerang tanaman
cabai. Selain itu penyiraman secara rutin dilakukan ketika air surut, karena diantara
bedengan dibuat jarak untuk menanam padi sehingga tanaman cabai pun tidak
akan kekurangan air.
Dalam bercocok tanam cabai merah,
input yang digunakan adalah bibit cabai merah, pupuk kandang, pestisida.
Input-input tersebut kemudian diolah sesuai dengan lahan yang tersedia, agar
menghasilkan output yang berkualitas.
Proses pengolahan input diiringi
oleh proses pemeliharaan tanaman cabai yang mana dilakukan proses penyiraman,
pemupukan, penyiangan dan pemberantasan hama, yang dilakukan setiap 3 hari
sekali. Hal ini sangat mendukung kegiatan produksi yang efektif dan efisien.
Produktivitas adalah keluaran
(output) produk atau jasa per setiap masukan (input) sumber daya yang digunakan
dalam suatu proses produksi. Pada komoditas cabai yang bapak Anang tanam,
didapatkan produktivitas yang cukup tinggi. Dari data yang kami peroleh,
didapatkan bahwa output yang dihasilkan dari pengolahan kebun cabai yang
digarap dan dibudidayakan setiap harinya, bapak Anang mendapat keuntungan yang
amat tinggi. Maka kebun cabai yang dikelola bapak Anang tersebut memiliki
produktivitas yang tinggi.
Kegiatan memetik atau memanen cabai
rawit yang telah siap panen harus sesuai dengan persyaratan yang telah
ditentukan dan mengikuti permintaan pasar. Menurut Bapak Anang, petani yang
kami wawancarai, beliau bisa menghasilkan cabai kurang lebih sebanyak satu ton
setiap kali panen. Pada kegiatan pasca panen cabai merah yang disimpan dengan
suhu sekitar 4 derajat celcius dengan kelembaban (RH) 95% sampai dengan 98 %
dapat tahan sekitar 4 minggu dan pada kondisi penyimpanan dengan temperatur 10
derajat celcius cabai rawit masih dalam keadaan baik sampai dengan 16 hari.
Penyimpanan cabai rawit segar dengan cara biasa waktunya tidak akan lama,
tetapi kalau dikeringkan maka daya simpannya akan lebih lama. Cabai rawit yang
telah dikeringkan dapat langsung dipakai atau dapat digunakan untuk campuran
saos dan cabai bubuk.
4.2 Saran
Sebaiknya selain menanami padi di
lahan-lahan yang terdapat di Desa Cikeruh, para petani lebih bisa memanfaatkan
lahannya dengan cara menanaminya dengan bibit cabai merah. Karena setelah kami
melakukan survey dan wawancara kepada salah satu gapoktan Desa Cikeruh,
membudidayakan cabai merah di lahannya itu sangatlah menguntungkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. Tanaman Cabai Dalam: http://cms.1m-bio.com/tanaman-cabai/. Diakses
pada 8 September 2013 pukul 08.16. Deni. 2013.
Pemerintah Desa Cikeruh.Dalam: http://desa-cikeruh.blogspot.com/search/label/
Profil. Diakses pada tanggal 14 Mei 2013 pukul 15.09. Edra. 2013.
Budidaya Cabai dalam: http://edrafarm.blogspot.com/2013/03/budidaya-cabe-dengan-biaya-murah-hasil.html
(online).
Diakses pada tanggal 9 September 2013 pukul 19.15. IPDN. 2011.
Profil Desa Cikeruh Dalam: http://desacikeruhipdn9.blogspot.com/2011/07/profil-desa-cikeruh.html. Diakses
pada tanggal 14 Mei 2013 pukul 15.28. Lihan, faisal. 2010.
Cara Bercocok Tanam cabai Merah dalam: http://pakarinfo.blogspot.com/2010/06/cara-bercocok-tanam-cabe-merah.html (online).
Diakses pada tanggal 9 September 2013 pukul 19.23. Mangkuprawira, Tb. Sjafri.
2008.
Manajemen Produktivitas. Dalam: http://maidun gleekapay.blogspot.com/2008/07/manajemen- produktivitas.html. Diakses
pada 9 September 2013 pukul 20.02. Wahyono, Budi. 2012.
Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi,dalam: http://www.pendidikanekonomi.com/2012/03/pengertian-manajemen- produksi-dan.html
(online).
Diakses pada tanggal 9 September 2013 pukul 19.03.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
Manajemen produksi terdiri dari dua
kata, yaitu manajemen dan produksi. Terdapat beberapa pengertian manajemen yang
pada dasarnya adalah usaha untuk mencapai tujuan yang dilakukan dengan cara mengkoordinasikan
kegiatan orang lain melalui perencanaan, pengarahan, dan pengawasan. Fungsi
pokok didalam manajemen adalah keuangan, personalia, pemasaran, dan produksi.
Pengertian produksi diartikan sebagai kegiatan menghasilkan barang untuk
tujuan memperoleh keuntungan. Pengertian ini terlalu sempit, sebab produksi
juga dapat menghasilkan jasa. Oleh karena itu, istilah produksi kemudian
dikembangkan dengan operasi.
Yang dimaksud dengan operasi atau
operation adalah kegiatan merubah masukkan menjadi keluaran sehingga lebih
bermanfaat daripada bentuk aslinya. Dengan kata lain, operasi adalah kegiatan
merubah bentuk untuk menambah manfaat atau menciptakan manfaat baru. Masukan
atau input dikategorikan dua macam, yaitu faktor-faktor produksi yang berupa
man, money, material, method, dan informasi. Informasi
adalah input yang berasal dari luar lembaga yang menjalankan operasi. Sedangkan
keluaran atau output adalah produk, yaitu dapat berupa barang dan jasa.
Dari kedua arti yang terdapat diatas
dapat dijelaskan bahwa manajemen produksi dan operasi adalah serangkaian
aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan
mengubah input menjadi output. Sehingga manajemen operasi adalah penerapan ilmu
manajemen untuk mengatur kegiatan operasi secara efektif dan efisien.
Langganan:
Postingan (Atom)